
KAMPUNG BERSAHAJA
Jumat, 31 Oktober 2014
Kamis, 11 September 2014
GREEN LIFE STYLE
Ketika Bung Karno menyampaikan pidato pada peletakkan batu pertama kampus IPB, beliau menyampaikan bahwa pertanian adalah soal hidup mati suatu bangsa. Beliau sangat memperhatikan pertanian dalam kepemimpinannya hingga akhirnya Indonesia menjadi macan asia kala itu. Namun sayup-sayup suara macan asia dalam bidang pertanian kini mulai sulit terdengar aumannya.
Pertanian kita dalam dekade terakhir mulai mengalami kemerosotan. Kita tentu tidak lupa dengan harga cabai yang menyentuh harga sangat tinggi, kelangkaan bahan pangan, hingga bahan pembuat tempe yakni kedelai pun harus mengimpor. Ini justru bertentangan dengan keyakinan Bung Karno bahwa pertanian adalah soal hidup mati suatu bangsa, dimana pertanian kita kurang mendapat perhatian dari negara.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap eksistensi pertanian menyebabkan melemahnya sektor-sektor pendukung pertanian. Petani yang sering kali mengalami kerugian akibat gagal panen, regenerasi petani muda yang sangat lambat, terganggunya ekosistem lingkungan akibat sistem pertanian yang terlalu berorientasi pada profit, dan banyak lagi lainnya.
Namun segala problem yang kompleks tersebut sebenarnya dapat diatasi melalui hal yang sangat sederhana, yakni green life style. Green life style atau gaya hidup hijau adalah gaya hidup sederhana yang memanfaatkan potensi alam dengan bijaksana. Gaya hidup ini sangat erat kaitannya dengan istilah back to nature yang saat ini sedang berkembang di kalangan masyarakat. Gaya hidup kehijauan yang sangat relevan dalam bidang pertanian adalah urban farming.
Urban farming atau pertanian kota merupakan kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan di perkotaan dengan memanfaatkan lahan seadanya. Urban farming sudah cukup berkembang di negara lain dan menunjukkan manfaat yang begitu besar.
Manfaat dari urban farming yakni dapat mengurangi sampah kota karena dalam penerapannya menggunakan prinsip 3 R (reuse, recycle, reduse), meningkatkan estetika perkotaan, meningkatkan kualitas udara, dan yang terpenting memenuhi kebutuhan hidup para pelaku urban farming.
Secara ekonomi urban farming juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat kota. Penelitian Nuhfil Hanani AR yang berjudul Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota (2010) menunjukkan bahwa di Amerika urban farming mempunyai peranan dalam pengurangan kemiskinan, kerawanan pangan, dan mengatasi permasalahan sampah. Urban farming dapat menjamin ketersediaan pangan yang segar dan bergizi, sehingga meningkatkan asupan sayuran dan buah, serta dapat menghemat pengeluaran 15-30 persen anggaran pada pangan.
Daerah perkotaan merupakan penikmat paling besar hasil pertanian yang dipasok dari daerah-daerah kecil. Perkotaan selaku konsumen hasil pertanian, kini bisa diubah menjadi produsen bagi diri mereka sendiri melalui urban farming. Ketika perkotaan sudah mampu memenuhi kebutuhannya akan hasil pertanian, maka beban dari daerah-daerah lain akan bisa dikurangi.
Urban farming dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang pertama adalah ventrikultur. Ventrikultur merupakan sistem budidaya tanaman dengan pola tanam vertikal. Tanaman ditanam secara vertikal dari atas kebawah, sehingga dengan lahan terbatas produktivitasnya tetap tinggi. Ventrikultur dapat dilakukan dengan media tanam berupa botol plastik, pot bunga, polybag, atau pun dengan media tanam yang bisa menampung tanah sesuai kebutuhan tanaman. Jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan ventrikultur yakni tanaman hortikultura seperti bunga-bungaan, sayur-mayur, bahkan tanaman obat seperti jahe, kunyit lengkuas, dan lainnya.
Yang kedua ialah pemanfaatan lahan tidur. Di perkotaan ada banyak sekali lahan-lahan yang dibiarkan begitu saja. Padahal apabila dimanfaatkan oleh masyarakat dan bersinergi dengan pemerintah daerah, lahan tersebut bisa menopang kebutuhan pangan lingkungan mereka. Lahan-lahan tidur tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan, semisal singkong, padi, jagung, atau pun untuk tanaman hortikultura.
Yang terakhir ialah pemanfaatan lahan-lahan yang sudah tidak produktif. Lahan tidak produktif adalah lahan yang tidak mampu mencukupi unsur hara bagi tanaman. Pemanfaatan lahan tidak produktif bisa dengan menggunakan pot atau media tanam lain, tanpa mengolah lahan tersebut. Atau bila ingin mengolah lahan menjadi produktif kembali harus meminta bantuan pemerintah, karena pengembalian fungsi tanah sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman akan cukup sulit.
Urban farming memberi manfaat yang baik bagi lingkungan, kesejahteraan masyarakat, serta peningkatan ekonomi, ada baiknya gaya hidup hijau ini mulai dilaksanakan dari sekarang. Setidaknya tidak ada lagi pemberitaan mengenai kelangkaan bahan pertanian karena kita sudah bisa memasoknya secara mandiri.
Dengan semangat kebangkitan Bung Karno yang mau ditularkan kepada kita, untuk menjadikan pertanian sebagai hidup mati bangsa kita. Maka mulailah untuk menjaga gaya hidup hijau ini melalui urban farming, dan membawa bangsa ini menjadi macan asia kembali. Kemudahan dari urban farming ini sangat membantu mewujudkan cita-cita Bung Karno memajukan negara ini melalui pertanian. Semangat kebangkitan yang beliau tularkan kepada kita harus tetap terjaga, dengan menjalankan amanahnya untuk menjaga hidup mati bangsa yakni pertanian. Semangat kebangkitan, semangat memajukan pertanian.
Pertanian kita dalam dekade terakhir mulai mengalami kemerosotan. Kita tentu tidak lupa dengan harga cabai yang menyentuh harga sangat tinggi, kelangkaan bahan pangan, hingga bahan pembuat tempe yakni kedelai pun harus mengimpor. Ini justru bertentangan dengan keyakinan Bung Karno bahwa pertanian adalah soal hidup mati suatu bangsa, dimana pertanian kita kurang mendapat perhatian dari negara.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap eksistensi pertanian menyebabkan melemahnya sektor-sektor pendukung pertanian. Petani yang sering kali mengalami kerugian akibat gagal panen, regenerasi petani muda yang sangat lambat, terganggunya ekosistem lingkungan akibat sistem pertanian yang terlalu berorientasi pada profit, dan banyak lagi lainnya.
Namun segala problem yang kompleks tersebut sebenarnya dapat diatasi melalui hal yang sangat sederhana, yakni green life style. Green life style atau gaya hidup hijau adalah gaya hidup sederhana yang memanfaatkan potensi alam dengan bijaksana. Gaya hidup ini sangat erat kaitannya dengan istilah back to nature yang saat ini sedang berkembang di kalangan masyarakat. Gaya hidup kehijauan yang sangat relevan dalam bidang pertanian adalah urban farming.
Urban farming atau pertanian kota merupakan kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan di perkotaan dengan memanfaatkan lahan seadanya. Urban farming sudah cukup berkembang di negara lain dan menunjukkan manfaat yang begitu besar.
Manfaat dari urban farming yakni dapat mengurangi sampah kota karena dalam penerapannya menggunakan prinsip 3 R (reuse, recycle, reduse), meningkatkan estetika perkotaan, meningkatkan kualitas udara, dan yang terpenting memenuhi kebutuhan hidup para pelaku urban farming.
Secara ekonomi urban farming juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat kota. Penelitian Nuhfil Hanani AR yang berjudul Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota (2010) menunjukkan bahwa di Amerika urban farming mempunyai peranan dalam pengurangan kemiskinan, kerawanan pangan, dan mengatasi permasalahan sampah. Urban farming dapat menjamin ketersediaan pangan yang segar dan bergizi, sehingga meningkatkan asupan sayuran dan buah, serta dapat menghemat pengeluaran 15-30 persen anggaran pada pangan.
Daerah perkotaan merupakan penikmat paling besar hasil pertanian yang dipasok dari daerah-daerah kecil. Perkotaan selaku konsumen hasil pertanian, kini bisa diubah menjadi produsen bagi diri mereka sendiri melalui urban farming. Ketika perkotaan sudah mampu memenuhi kebutuhannya akan hasil pertanian, maka beban dari daerah-daerah lain akan bisa dikurangi.
Urban farming dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang pertama adalah ventrikultur. Ventrikultur merupakan sistem budidaya tanaman dengan pola tanam vertikal. Tanaman ditanam secara vertikal dari atas kebawah, sehingga dengan lahan terbatas produktivitasnya tetap tinggi. Ventrikultur dapat dilakukan dengan media tanam berupa botol plastik, pot bunga, polybag, atau pun dengan media tanam yang bisa menampung tanah sesuai kebutuhan tanaman. Jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan ventrikultur yakni tanaman hortikultura seperti bunga-bungaan, sayur-mayur, bahkan tanaman obat seperti jahe, kunyit lengkuas, dan lainnya.
Yang kedua ialah pemanfaatan lahan tidur. Di perkotaan ada banyak sekali lahan-lahan yang dibiarkan begitu saja. Padahal apabila dimanfaatkan oleh masyarakat dan bersinergi dengan pemerintah daerah, lahan tersebut bisa menopang kebutuhan pangan lingkungan mereka. Lahan-lahan tidur tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan, semisal singkong, padi, jagung, atau pun untuk tanaman hortikultura.
Yang terakhir ialah pemanfaatan lahan-lahan yang sudah tidak produktif. Lahan tidak produktif adalah lahan yang tidak mampu mencukupi unsur hara bagi tanaman. Pemanfaatan lahan tidak produktif bisa dengan menggunakan pot atau media tanam lain, tanpa mengolah lahan tersebut. Atau bila ingin mengolah lahan menjadi produktif kembali harus meminta bantuan pemerintah, karena pengembalian fungsi tanah sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman akan cukup sulit.
Urban farming memberi manfaat yang baik bagi lingkungan, kesejahteraan masyarakat, serta peningkatan ekonomi, ada baiknya gaya hidup hijau ini mulai dilaksanakan dari sekarang. Setidaknya tidak ada lagi pemberitaan mengenai kelangkaan bahan pertanian karena kita sudah bisa memasoknya secara mandiri.
Dengan semangat kebangkitan Bung Karno yang mau ditularkan kepada kita, untuk menjadikan pertanian sebagai hidup mati bangsa kita. Maka mulailah untuk menjaga gaya hidup hijau ini melalui urban farming, dan membawa bangsa ini menjadi macan asia kembali. Kemudahan dari urban farming ini sangat membantu mewujudkan cita-cita Bung Karno memajukan negara ini melalui pertanian. Semangat kebangkitan yang beliau tularkan kepada kita harus tetap terjaga, dengan menjalankan amanahnya untuk menjaga hidup mati bangsa yakni pertanian. Semangat kebangkitan, semangat memajukan pertanian.
Selasa, 09 September 2014
BERKEBUN
cangkul, cangkul, aku gembira... menanam jagung di kebun kita
Masih ingat penggalan lagu itu, bukan? Ya, Kegiatan berkebun memang mengasyikkan. Apalagi jika kita ingat dulu, saat masih di sekolah dasar. Pelajaran berkebun dan bercocok tanam menjadi pelajaran yang cukup diminati. Biasanya murid-murid senang karena merupakan sebuah pengalaman baru.
Namun, kondisinya kini jauh berbeda. Terbatasnya lahan, membuat kegiatan yang satu ini semakin sulit ditemukan. Orang yang melakukannya pun lebih banyak di pedesaan ataupun di daerah-daerah pinggiran kota.
Berdasarkan literatur, berkebun ternyata bisa dimana saja. Bahkan memanfaatkan lahan kososng yang sempit pun masih dimungkinkan. Konsep ini kemudian di kenal dengan sebutan ”Urban Farming” atau berkebun di kota dalam bahasa indonesianya.
Beberapa jenis tanaman yang bisa ditanam di lahan sempit seperti: kacang panjang, cabai, tomat, sawi, melon, dll. Biasanya setelah bosan dengan jenis tanaman yang itu-itu saja, setelah panen tak ada salahnya mencoba jenis tanaman lain, tergantung kesukaan.
Apa Itu Urban Farming?
Kegiatan Urban Farming atau berkebun di kota muncul sebagai jawaban atas kegelisahan masyarakat menyikapi semakin terbatasnya lahan di kota-kota besar. Tingkat polusi yang makin parah dan minimnya kawasan hijau membuat kota semakin gersang.
Kesadaran ini yang memunculkan gerakan urban farming di kota-kota besar di seluruh dunia. Secara umum Urban Farming merupakan kegiatan pertanian yang dilakukan dengan memanfaatkan lahan sempit di perkotaan. Kegiatan Urban Farming mencakup kegiatan produksi, distribusi, hingga pemasaran produk-produk pertanian yang dihasilkan.
Manfaat Berkebun di Kota
Di sadari atau tidak, ada banyak alasan mengapa warga ibukota disarankan berkebun. Hanya saja, persoalan komunikasi dan informasi sering jadi alasan mengapa hanya sedikit orang yang melakukannya. Padahal setiap orang pasti menginginkan lingkungan yang sehat. Beberapa manfaat tersebut adalah:
Pertama adalah untuk menyegarkan udara yang ada di sekeliling kita. Pasalnya, pepohonan berfungsi sebagai menghisap karbondioksida (bahan polutan) dan mengeluarkan oksigen.
Kedua, bercocok Tanam di Perkotaan akan memenuhi kebutuhan pangan, khususunya sayur mayur dan buah-buahan dengan kondisi yang terjamin. Kebanyakan produksi sayur dan buah yang dihasilkan dari Urban Farming menggunakan pupuk organik yang tidak meninggalkan residu di tubuh.
Ketiga, berkebun dapat menyegarkan mata dan pikiran. Jika sedang penat, kita bisa keluar untuk menikmati pemandangan hijau yang tersaji di depan mata.
Keempat, makanan hasil Urban Farming ternyata lebih bercitarasa. Mereka yang telah mempraktekkan bercocok tanam di Perkotaan mengatakan bahwa ini memberi kepuasan tersendiri bagi mereka. Seperti banyak hobi bermanfaat yang lain, para petani perkotaan mendapatkan bahwa bercocok tanam telah memberi sebuah nilai tambah pada mereka terlepas dari manfaat pokok yang diberikan.
Kelima, yang tidak kalah berharga adalah, kita dapat membantu mengurangi laju pemanasan global. Berkebun adalah hal yang sepele namun manfaatnya segudang.
Keenam, kegiatan berkebun di kota akan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk transportasi ketika memindahkan produk tersebut dari pedesaan. Artinya, kita juga akan menghemat penggunaan BBM dalam jangka panjang.
Ketika segudang manfaat tersebut bisa dicapai dengan kegiatan berkebun di tengah kota, sekaranglah saatnya anda mencoba. Bingung ingin memulai dari mana? Tenang saja, silahkan melihat salah satu perkampungan di Kota Malang yang menjadi juara 2 di lomba kampung bersinar Tahun 2013 ini . check this out!! :))))
http://kampungbersahajacelaket01.blogspot.com/2014/09/rw-01-rampal-celaket-raih-juara-2.html
RW 01 RAMPAL CELAKET Raih Juara 2
LOMBA KAMPUNG BERSINAR , RW 01 RAMPAL CELAKET Raih Juara 2
Lomba
Kampung Bersinar (Bersih, Sehat, Indah, Asri dan Rapi), kemarin. Seluruh
peserta lomba yang berjumlah 174 RW, akan segera mendapatkan hasil
penilaian dari tim juri. Hasil penilaian ini akan dikirim ke
kelurahan-kelurahan dan selanjutnya diberikan kepada RW peserta. Hasil
penilaian dari tim juri merupakan total dari penilaian tahap pertama
hingga tahap ketiga. RW09 Kelurahan Pisang Candi menempati posisi
tertinggi dengan nilai total 11.364.
Juara kedua diraih RW01 Rampal Celaket dengan total nilai 11.194.
Sedangkan juara ketiga RW02 Kelurahan Sukoharjo dengan total nilai
11.069. Sedangkan Juara Harapan I diraih RW03 Tulusrejo dengan nilai
11.054 dan Juara Harapan II diraih RW08 Kesatrian dengan nilai 11.023.
“Hasil juara sudah diputuskan dan akan segera dikirim ke peserta,” kata
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang, Wasto. Menurut
dia, para juara ini akan dikirab bersama Piala Adipura yang rencananya
diadakan Senin (9/6) mendatang dari Bandara Abd Saleh menuju Balai Kota
Malang.
Hasil penilaian tersebut merupakan hasil murni dari tim juri yang
terdiri dari berbagai unsur. Tim juri yang melakukan penilaian yakni,
Dwi Swandayani (tokoh penggerak lingkungan dari RW 03 Sukun), Ir Joko
Triwanto (Universitas Muhammadiyah Malang), Yan Edy Rajab (BSM),
Djuwartiningsih (PKK Kota Malang) Jon Soeparijono (Malang Post),
Dharsono SA (Kader Lingkungan), Prof Tri Poespowati (ITN), Indra
Murjiati (BSM) dan Luthfiyah Nurmala (PKK Kota Malang).
Sementara itu Lurah Rampal Celaket, Donny Sandito, STP mengaku bangga
salah satu RW-nya tampil sebagai juara II di lomba yang rutin digelar
setiap tahun ini. Dia mengaku, RW01 Rampal Celaket telah mempersiapkan
lomba ini selama hampir dua tahun. “Tadi siang (kemarin) bersama Pak
Camat, kami telah diberitahu kalau RW01 meraih juara kedua. Hasil ini
merupakan kerja keras dari warga kami yang sudah hampir dua tahun
mempersiapkan diri. Masyarakat RW01 sudah terkondisikan dengan
lingkungannya,” terangnya.
Menurut Donny, masyarakat benar-benar peduli dengan lingkungan. “Mulai
bapak-bapak, ibu-ibu, karang taruna hingga anak-anak semuanya peduli
dengan lingkungan,” lanjutnya. Dia berharap, RW lainnya di lingkungan
Kelurahan Rampal Celaket bisa meniru RW01. Apalagi, dua RW peserta di
Rampal Celaket yakni RW03 dan RW04 juga mengalami perkembangan yang
cukup pesat di Lomba Kampung Bersinar. Begitupula Lurah Sukoharjo, Indra
Gita juga mengaku senang, salah satu RW-nya bisa masuk peringkat tiga
besar.
MALANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mengumumkan para juara
sumber : http://www.malang-post.com/kota-malang/87421
Kamis, 21 Agustus 2014
HUT RI KE 69
Perayaan( HUT RI )Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 69 kali ini Muda Mudi Rampal Celaket RT 04 RW 01 Mempersembahkan berbagai macam Lomba-Lomba , serta ditutup dengan Selamatan Kampung .
Sukses nya acara HUT RI Ke-69 ini tak lepas dari peranan seluruh panitia Muda Mudi Rampal Celaket RT 04 RW 01 yang bergotong royong bersama-sama memeriahkan acara ini dengan penuh semangat .
Dan terakhir,acara HUT RI Ke-69 ditutup dengan tasyakuran kampung yang dilakukan oleh seluruh warga kampung .
Dan ucap syukur kepada Allah SWT karena acara HUT RI Ke-69 ini berjalan sukses , aman , dan lancar . Semoga di tahun-tahun berikutnya Muda Mudi Rampal Celaket RT 04 RW 01 dan acara HUT RI bisa lebih meriah lagi . MERDEKAA.. !!!
Lomba bapak-bapak dan Muda Mudi Tgl 16 Agustus 2014
Lomba anak-anak tgl 17 Agustus 2014
Sukses nya acara HUT RI Ke-69 ini tak lepas dari peranan seluruh panitia Muda Mudi Rampal Celaket RT 04 RW 01 yang bergotong royong bersama-sama memeriahkan acara ini dengan penuh semangat .
Dan terakhir,acara HUT RI Ke-69 ditutup dengan tasyakuran kampung yang dilakukan oleh seluruh warga kampung .
Dan ucap syukur kepada Allah SWT karena acara HUT RI Ke-69 ini berjalan sukses , aman , dan lancar . Semoga di tahun-tahun berikutnya Muda Mudi Rampal Celaket RT 04 RW 01 dan acara HUT RI bisa lebih meriah lagi . MERDEKAA.. !!!
Langganan:
Postingan (Atom)